Banyak sekali contoh klise dalam break-ups
alias
putus. Contoh-contoh seperti, “aku harus
fokus
belajar, kita udahan ya.” Man, you
really need a
life manager. Ada lagi yang alasannya, “aku
dijodohkan oleh orang tuaku. Maafin aku
nggak
bisa bareng kamu lagi.” Seriously
bro? 2015 dan
alasannya masih menyadur dari jaman Sitti
Nurbaya? And the winner of the most cliche
break-up goes to, “maaf, kamu terlalu baik untuk
aku, kita pisah aja.” I mean, WTF,
are you a
Twillight lover or something? Kalau merasa
pasanganmu terlalu baik, ya perbaiki dirimu
sendiri bukan pergi. Well anyway, putus
sepihak
biasanya menimbulkan kegalauan. Although I
never think the right word is ‘galau’. Menurut
KBBI, ‘galau’ berarti ‘sibuk beramai-ramai; ramai
sekali’, meski akhirnya KBBI menambahkan
‘kacau tidak keruan (pikiran)’, tapi aku rasa, kata
yang paling tepat adalah ‘sedih’. Nevermind,
mari
pakai kata ‘galau’ biar kekinian.
Galau itu wajar, sebuah fase dalam
kehidupan
yang setiap orang pasti akan lewati. Tapi
cara
menyingkapi kegalauan ini yang akan
membuktikan seberapa dewasa pemikiran kita.
Aku pernah ada di posisi sakit hati karena
putus
setelah lama menjalin hubungan sehingga
akal
warasku diboikot habis-habisan oleh hatiku
sendiri. Tapi ketika otakku berontak untuk
ikut
andil mengontrol tubuhku, aku pikir ulang,
untuk
apa berdrama? Yes, drama, begitu banyak
drama
ketika sepasang kekasih harus putus,
terutama
jika putusnya karena keinginan sebelah pihak.
Drama
yang aku maksud adalah membuat
mantanmu mengasihanimu. Mengubah nama jadi
‘titik’ lalu menghapus DP BBM, menjadi
sadomasochist dengan cara stalking Twitter
mantan, memaki-maki di dunia maya, memakai
obat-obatan terlarang, mengancam akan bunuh
diri, menyilet-nyilet tangan, cara-cara
seperti itu
jauh dari keren. Kurt Cobain menembak
kepalanya sendiri karena terlalu terkenal
dan
terlalu kaya sehingga terlalu depresi itu
keren,
but attempting suicide because of love?
Meeeehhh. Meski mantanmu mau kembali, coba
pikir deh, dia kembali karena sayang atau
karena
kasihan?
Ketika mantanmu pergi, buktikan bahwa
hidupmu
bisa lebih baik tanpa dia. Yang bijak
bukanlah
yang tidak merasakan dendam, tapi yang bisa
mengkonversi rasa dendamnya jadi motivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar